Cari Blog Ini

Minggu, 23 September 2012

LAPORAN PENELITIAN FISIKA FLUIDA


LAPORAN PENELITIAN FISIKA













 






























OLEH
INEKE HARDIYANTI U

SMA MARYAM SURABAYA
TAPEL 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air dan zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat padat seperti batu atau besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa digolongkan dalam fluida. Air merupakan salah satu contoh zat cair. Masih ada contoh zat cair lainnya seperti minyak pelumas, susu, dan sebagainya. Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain.
Fenomena fluida statis (fluida tak bergerak) berkaitan erat dengan tekanan hidraustatis. Dalam fluida statis dipelajari hukum-hukum dasar yang berkaitan dengan konsep tekanan hidraustatis, salah satunya adalah hukum Pascal dan hukum Archimedes. Hukum Pascal diambil dari nama penemunya yaitu Blaise Pascal (1623-1662) yang berasal dari Perancis. Sedangkan hukum Archimedes diambil dari nama penemunya yaitu Archimedes (287-212 SM) yang berasal dari Italia.
Hukum-hukum fisika dalam fluida statis sering dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia dalam kehidupannya, salah satunya adalah prinsip hukum Pascal dan prinsip hokum Archimedes. Namun, belum banyak masyarakat yang mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu, diperlukan studi yang lebih mendalam mengenai hukum Pascal dan hokum Archimedes serta penerapannya dalam kehidupan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Berapakah  r zat zair selain air?(minyak,spiritus,kecap)
2.      Kelompokkan benda  yang ada di sekitar mu menjadi 3 kelompok!(tenggelam, melayamg,terapung)

C.     TUJUAN
Penelitian ini  bertujuan untuk :
1.      Memperjelas materi  kelas XI tentang Fluida,Tekanan Hidrostatis, hukum Pascal dan hukum Archimedes serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Mengetahui r zat zair selain air(minyak,spiritus,kecap).
BAB II
DASAR TEORI
Suatu fluida dapat dianggap tersusun atas lapisan-lapisan air dan setiap lapisan memberi tekanan pada lapisan bawahnya.
 http://fisika79.files.wordpress.com/2011/04/sculpture_03.jpg?w=154&h=231
Besar tekanan itu bergantung pada kedalaman, makin dalam letak suatu bagian fluida semakin besar tekanan pada bagian itu( lihat analogi tumpukan manusia, tentunya orang yang di posisi terbawah akan merasakan tekanan paling besar).. Setiap bagian di dalam fluida statis akan mendapat tekanan zar cair yang disebabkan adanya gaya hidrostatis  disebut Tekanan Hidrostatis “Ph”. Contoh nyatanya ketika sebuah bola yang di masukkan ke dalam air, ketika kita lepaskan akan mendapat gaya ke atas.
http://fisika79.files.wordpress.com/2011/04/index.jpeg?w=500Besarnya tekanan hidrostatis tidak bergantung pada bentuk bejana dan jumlah zat cair dalam bejana, tetapi tergantung pada massa jenis zat cair, percepatan gravitasi bumi dan kedalamannya. Secara matematis tekanan hidrostatis disuatu titik (misal didasar balok) diturunkan dari konsep tekanan.
                 ingat!  w = m.g = ρ V g = ρA h g  maka
http://fisika79.files.wordpress.com/2011/04/image008.gif?w=133&h=142
Ket : Ph = Tekanan Hidrostatis (N/m2) ; h =kedalaman/tinggi diukur dari permukaan fluida (m) ; g = percepatan gravitasi (m/s2)
Jika  tekanan udara luar (Patm) mempengaruhi tekanan hidrostatis maka tekanan total pada suatu titik adalah
    http://fisika79.files.wordpress.com/2011/04/image010.gif?w=500
berdasarkan rumus diatas tekanan hidrostatis di suatu titik dalam fluida diam tergantung pada kedalaman titik tersebut, bukan pada bentuk wadahnya oleh karena itu semua titik akan memiliki  tekanan hidrostatis yang sama. Fenomena ini disebut sebagai Hukum Utama Hidrostatis.
PARADOKS HIDROSTATIS
Gaya yang bekerja pada dasar sebuah bejana tidak tergantung pada bentuk bejana dan jumlah zat cair dalam bejana, tetapi tergantung pada luas dasar bejana ( A ), tinggi ( h ) dan massa jenis zat cair ( r )
dalam bejana.
Ph = r g h
Pt = Po + Ph
F = P h A = r g V
r = massa jenis zat cair
h = tinggi zat cair dari permukaan
g = percepatan gravitasi
Pt = tekanan total
Po = tekanan udara luar
3.       
Hukum Pascal
menyatakan bahwa “Tekanan yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar”.
Perbdedaan tekanan karena perbedaan kenaikan zat cair diformulakan sebagai berikut:
http://wapedia.mobi/math/IFxEZWx0YSBQID1ccmhvIGcgKFxEZWx0YSBoKVws
dimana, dalam SI unit,
ΔP adalah tekanan hidrostatik (dalam pascals), atau perbedaan tekanan pada 2 titik dalam sekat yang berisi zat cair, karena perbedaan berat antara keduanya;
ρ adalah kepekatan zat cair (dalam kilogram per meter kubik);
Δh adalah ketinggian zat cair diatasnya (dalam meter), atau perbedaan kenaikan antara 2 titik pada sekat yang berisi zat cair.
HUKUM ARCHIMEDES
Hukum Archimedes mengatakan bahwa apabila sebuah benda sebagian atau seluruhnya terbenam kedalam air, maka benda tersebut akan mendapat gaya tekan yang mengarah keatas yang besarnya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh bagian benda yang terbenam tersebut. Telah sama-sama kita ketahui bahwa berat jenis air tawar adalah 1.000 kg/m3, apabila ada sebuah benda yang terbenam kedalam air tawar; maka berat benda tersebut seolah-olah akan berkurang sebesar 1.000 kg untuk setiap 1 m3 air yang dipindahkan. Konsep ini akan lebih jelas bila diterangkan dengan gambar dibawah ini.
http://hosting11.imagecross.com/image-hosting-22/5193ap.JPG
a. Berat benda pada saat diudara dan setelah terbenam dalam air tawar
Pada saat ditimbang diudara benda mempunyai berat 4.000 kg pada skala pengukur berat, sedang setelah dimasukan kedalam air berat benda menjadi 3.000 kg. Padahal masa benda tidak berubah, berkurangnya berat benda tersebut diakibatkan adanya gaya tekan keatas dari air yang dipindahkan oleh bagian benda yang ada didalam air (force of buoyancy), dengan arah kerja gayanya mengarah keatas; sedang garis kerja gayanya segaris dengan garis kerja dari gaya berat benda. Titik tangkap garis kerja gaya buoyancy biasa disebut dengan titik buoyancy atau titik B. Didalam sistem bangunan terapung titik B ini disebut juga dengan titik berat dari volume benda yang ada dibawah garis air (gambar dibawah ini)
http://hosting11.imagecross.com/image-hosting-22/7457ap2.JPG
b. Ilustrasi letak titik G dan titik B dari bangunan apung
Selanjutnya perhatikan gambar c dibawah ini; dimana pada gambar tersebut mengilustrasikan sebuah benda dengan masa sebesar 4.000 kg namun volume bendanya 8 m3. Pada awalnya benda tersebut dibenamkan kedalam air, kemudian dilepaskan. Apabila keseimbangan telah terjadi, maka benda tersebut akan mengapung seperti ditunjukan pada gambar a. Keseimbangan akan tercapai apabila besarnya gaya buoyancy sama dengan berat air yang dipindahkan oleh bagian benda yang ada didalam air atau apabila benda tersebut mengapung dengan separuh dari volumenya.
Berat benda     = berat dari volume air yang dipindahkan
4000          = S x V
4000          = 1000 kg/m3 x V atau
V    =   4m3

http://hosting11.imagecross.com/image-hosting-22/2375ap3.JPG
c. Benda terapung pada posisi seimbang
Benda di dalam zat cair akan mengalami pengurangan berat sebesar berat zat cair yang dipindahkan.
Tiga keadaan benda di dalam zat cair:
a. tenggelam: W>Fa Þ rb > rz

b. melayang: W = Fa Þ
rb = rz

c. terapung: W=Fa Þ
rb.V=rz.V' ; rb<rz

W = berat benda
Fa = gaya ke atas =
rz . V' . g
rb = massa jenis benda
rz = massa jenis fluida
V = volume benda
V' = volume benda yang berada dalam fluida
Akibat adanya gaya ke atas ( Fa ), berat benda di dalam zat cair (Wz) akan berkurang menjadi:
Wz = W - Fa
Wz = berat benda di dalam zat cair
Tegangan Permukaan
Mari kita amati sebatang jarum yang kita buat terapung di permukaan air sebagai benda yang mengalami tegangan permukaan. Tegangan permukaan disebabkan oleh interaksi molekul-molekul zat cair dipermukaan zat cair. Di bagian dalam cairan sebuah molekul dikelilingi oleh molekul lain disekitarnya, tetapi di permukaan cairan tidak ada molekul lain dibagian atas molekul cairan itu. Hal ini menyebabkan timbulnya gaya pemulih yang menarik molekul apabila molekul itu dinaikan menjauhi permukaan, oleh molekul yang ada di bagian bawah permukaan cairan. Sebaliknya jika molekul di permukaan cairan ditekan, dalam hal ini diberi jarum, molekul bagian bawah permukaan akan memberikan gaya pemulih yang arahnya ke atas, sehingga gaya pemulih ke atas ini dapat menopang jarum tetap di permukaan air tanpa tenggelam.
tegangan permukaan dilihat dari interaksi molekul benda dan zat cair
tegangan permukaan dilihat dari interaksi molekul benda dan zat cair
Gaya ke atas untuk menopang jarum agar tidak tenggelam merupakan perkalian koefisien tegangan permukaan dengan dua kali panjang jarum. Panjang jarum disini adalah permukaan yang bersentuhan dengan zat cair.
Gaya yang diperlukan untuk mengangkat jarum adalah gaya ke atas dijumlah gaya berat jarum (mg).
Kapilaritas
meniskus air menyebabkan peristiwa kapilaritas
meniskus air menyebabkan peristiwa kapilaritas
Kapilaritas disebabkan oleh interaksi molekul-molekul di dalam zat cair. Di dalam zat cair molekul-molekulnya dapat mengalami gaya adhesi dan kohesi. Gaya kohesi adalah tarik-menarik antara molekul-molekul di dalam suatu zat cair sedangkan gaya adhesi adalah tarik menarik antara molekul dengan molekul lain yang tidak sejenis, yaitu bahan wadah di mana zat cair berada. Apabila adhesi lebih besar dari kohesi seperti pada air dengan permukaan gelas, air akan berinteraksi kuat dengan permukaan gelas sehingga air membasahi kaca dan juga permukaan atas cairan akan melengkung (cekung). Keadaan ini dapat menyebabkan cairan dapat naik ke atas oleh tegangan permukaan yang arahnya keatas sampai batas keseimbangan gaya ke atas dengan gaya berat cairan tercapai. Jadi air dapat naik keatas dalam suatu pipa kecil yang biasa disebut pipa kapiler. Inilah yang terjadi pada saat air naik dari tanah ke atas melalui tembok.
air dapat merembes ke atas melalui retakan tembok sehingga membasahi tembok. Satu contoh kapilaritas
air dapat merembes ke atas melalui retakan tembok sehingga membasahi tembok. Satu contoh kapilaritas
Gejala alam kapilaritas ini memungkinkan kita menghitung tinggi kenaikan air dalam suatu pipa kapiler berbentuk silinder/tabung dengan jari-jari r.








BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
Percobaan I
A.    ALAT DAN BAHAN
1.      Pipa  U
2.      Air
3.      Kecap
4.      Spirtus
5.      Minyak goreng

B.     LANGKAH KERJA
1.      Siapkan pipa U yang telah terisi air, lalu ukur tinggi air di kedua sisi.
2.      Masukkan Minyak goreng pada pipa yang telah terisi air, lalu ukur tinggi air setelah pipa U di tambahkan minyak, dan ukur tinggi minyak.
3.      Cuci pipa U sampai bersih, dan ulangi langkah kerja di atas dengan zat cair lainnya (kecap dan spiritus)













BAB IV
PEMBAHASAN
Percobaan I
1.      Minyak goreng
Diketahui        :           h air = 6 cm
                                    h minyak = 8 cm
                                    r air = 1
Di tanya          :           r minyak ?
Jawab              :           r air . h air = r minyak . h minyak
                                    1 . 6 cm = r minyak . 8 cm
                                    6 = 8 r minyak
                                    r minyak = 6/8 = 0,75
2.      Spirtus
Diketahui        :           h air = 3 cm
                                    h spiritus = 3,5 cm
r air = 1
Di tanya          :           r spiritus ?
Jawab              :           r air . h air = r spiritus . h spiritus
                                          1 . 3 cm = r spiritus . 3,5 cm
                                    3 = 3,5 r spiritus
                                    r spiritus = 3/3,5= 0,86
3.      Kecap
Diketahui        :           h air = 4,5 cm
                                    h Kecap = 4 cm
r air = 1
Di tanya          :           r Kecap ?
Jawab              :           r air . h air = r Kecap  . h Kecap
                                          1 . 4,5 cm = r Kecap . 4 cm
                                    4,5= 4 r Kecap
                                    r  Kecap = 4,5/4= 1,125

BAB V
KESIMPULAN
A.     KESIMPULAN
Yang kita maksud dengan fluida disini adalah suatu bentuk materi yang mudah mengalir misalnya zat cair dan gas. Sifat kemudahan mengalir dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan tempatnya berada merupakan aspek yang membedakan fluida dengan zat benda tegar. Meskipun demikian hukum-hukum yang berlaku pada dua sistem ini tidak berbeda. Pada bagian ini kita akan meninjau fluida dalam keadaan tidak mengalir, contohnya air di dalam suatu wadah atau air di danau/waduk. Aspek pertama yang kita dapati ketika kita berada dalam suatu fluida (zat cair) yaitu tekanan. Kita merasakan ada tekanan pada tubuh kita yang berada di dalam zat cair.

LAPORAN KIMIA MENGUKUR TITIK BEKU LARUTAN


LAPORAN KIMIA
MENGUKUR TITIK BEKU LARUTAN


Disusun oleh :
·        Ineke Hardiyanti U

SMA MARYAM SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
MENGUKUR TITIK BEKU LARUTAN

I.       TUJUAN
Menentukan titik beku larutan, penurutan titik beku larutan, dan faktor – faktor yang mempengaruhinya.
II.    DASAR TEORI
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit.
Molalitas dan Fraksi Mol
Dalam larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut, maka perlu diketahui tentang konsentrasi larutan.
      Molalitas (m)
Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 gram) pelarut. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut :

·         Keterangan :
m = molalitas larutan (mol / kg)
n = jumlah mol zat terlarut (g / mol)
P = massa pelarut (g)
Fraksi Mol
Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang semua komponen larutannya dinyatakan berdasarkan mol. Fraksi mol komponen , dilambangkan dengan adalah jumlah mol komponen dibagi dengan jumlah mol semua komponen dalam larutan. Fraksi mol adalah dan seterusnya. Jumlah fraksi mol dari semua komponen adalah 1. Persamaannya dapat ditulis. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut:

Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit
Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.
Penurunan Tekanan Uap
Molekul - molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap zat cair. Semakin mudah molekul - molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula tekanan uapzat cair. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak menguap, maka partikel - partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapan molekul - molekul zat cair. Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat terlarutnya semakin tinggi. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis :

P0 - P
P0 > P
·         Keterangan :
P0 = tekanan uap zat cair murni
P = tekanan uap larutan
Pada tahun 1808, Marie Francois Raoult seorang kimiawan asal Perancis melakukan percobaan mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan uap jenuh larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis. Kesimpulan ini dikenal dengan Hukum Raoult dan dirumuskan dengan. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis :

P = P0 x Xp
= P0 x Xt
·         Keterangan :
P = tekanan uap jenuh larutan
P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni
Xp = fraksi mol zat pelarut
Xt = fraksi mol zat terlarut
Kenaikan Titik Didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan ( ). Persamaannya dapat ditulis :



·         Keterangan :
Tb = kenaikan titik didih
kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relative
Penurunan Titik Beku
Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan lebih kecil daripada titik beku pelarutnya. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut : 




·         Keterangan :
Tf = penurunan titik beku
kf = penurunan titik beku molal
m = molal larutan
Mr = massa molekul relatif
Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membran semipermeabel adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul - molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut. Menurut Van't Hoff, tekanan osmotik larutan dirumuskan:

·         Keterangan :
= tekanan osmotik
M = molaritas larutan
R = tetapan gas ( 0,082 )
T = suhu mutlak
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Pada konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit memliki nilai yang lebih besar daripada sifat koligatif larutan non elektrolit. Banyaknya partikel zat terlarut hasil reaksi ionisasi larutan elektrolit dirumuskan dalam faktor Van't Hoff. Perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit selalu dikalikan dengan faktor Van't Hoff :

·         Keterangan :
= faktor Van't Hoff
n = jumlah koefisien kation
= derajat ionisasi
Penurunan Tekanan Uap Jenuh
Rumus penurunan tekanan uap jenuh dengan memakai faktor Van't Hoff adalah :
=P0
Kenaikan Titik Didih
Persamaannya adalah:             =
Penurunan Titik Beku
Persamaannya adalah:             =
Tekanan Osmotik
Persamaannya adalah :            =
Titik beku larutan adalah suhu pada P tertentu dimana terjadi perubahan wujud zat cair ke zat padat. Pada tekanan 1 atm , air membeku pada suhu 0 °C karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (Δ Tf =freezing point depression). Pada percobaan ini ditunjukkan bahwa penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel dalam larutan. Oleh karena itu, penurunan titik beku tergolong sifat koligatif.

III. ALAT DAN BAHAN
1.      Gelas kimia 500ml
2.      Tabung reaksi
3.      Pengaduk kaca
4.      Gelas ukur 10ml
5.      Larutan CO(NH2)2  1 M
6.      Larutan CO(NH2)2  2 M
7.      Larutan NaCl 1 M
8.      Larutan NaCl 2 M
9.      Es batu
10.  Garam Padat

IV. CARA KERJA
1.   Isi gelas kimia dengan es batu yang telah di potong kecil-kecil sebanyak ¾ bagian gelas kima 500ml dan tambahkan 3 sendok garam padat pada es batu tersebut.
2.   Masukkan 500ml larutan CO(NH2)2  1 M ke dalam tabung reaksi, kemudian masukkan tabung tersebut ke dalam gelas kimia pada langkah 1.
3.   Aduk larutan CO(NH2)2  yang ada pada tabung reaksi hingga membeku.
4.   Keluarkan tabung reaksi dan biarkan larutan beku di dalamnya meleleh sebagian.
5.   Ganti pengaduk dengan thermometer.
6.   Ukur suhu yang tetap dari campuran zat padat dan zat cair dalam tabung tersebut dan catat suhu titik beku larutan.
7.   Ulangi cara diatas untuk mencari titik beku larutan CO(NH2)2  2 M , Larutan NaCl 1 M ,
Larutan NaCl 2 M

V.    TABEL HASIL PENGAMATAN
Zat Terlarut
Kemolalan
Titik Beku
Selisih titik beku air dengan larutan
Air
-
0°C
-
CO(NH2)2 
1
-1 °C
1°C
CO(NH2)2 
2
- 1°C
1°C
NaCl
1
-3 °C
3°C
NaCl
2
- 3°C
3°C


VI.  PERTANYAAN
1.      Jelaskan pengaruh kemolalan larutan terhadap titik beku :
1.Larutan CO(NH2)2 
2.Larutan NaCl
2.      Untuk molalitas yang sama , jelaskan pengaruh NaCl (zat elekrolit) di bandingkan dengan urea (zat non elekrolit) terhadap penurunan titik beku larutan! 
3.      Apa fungsi penambahan garam pada es batu ?
4.      Hitunglah titik beku larutan menggunakan rumus!
5.      Bandingkan titik beku hasil percobaan dengan titik beku hasil perhitungan!

VII.          PEMBAHASAN DAN JAWABAN
1.      PEMBAHASAN
Larutan CO(NH2)2 1M yang di masukkan kedalam gelas kimia yang berisi es batu dan garam setelah diukur suhunya adalah -1 °C. Suhu ini hampir sesuai dengan hasil perhitungan titik beku larutan yaitu -1,86 °C. Larutan CO(NH2)2 2M yang di masukkan kedalam gelas kimia yang berisi es batu dan garam setelah diukur suhunya adalah -1 °C. Suhu ini kurang sesuai dengan hasil perhitungan titik beku larutan yaitu -3,72 °C. Larutan NaCl 1M yang di masukkan kedalam gelas kimia yang berisi es batu dan garam setelah diukur suhunya adalah -3 °C. Suhu ini hampir sesuai dengan hasil perhitungan titik beku larutan yaitu -3,72 °C. Larutan NaCl 2M yang di masukkan kedalam gelas kimia yang berisi es batu dan garam setelah diukur suhunya adalah -3 °C. Suhu ini kurang sesuai dengan hasil perhitungan titik beku larutan yaitu -7,44 °C.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa pada kemolalan yang sama, larutan elektrolit (NaCl) memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan non elektrolit {CO(NH2)2}. Hal ini dikarenakan, larutan elektrolit memiliki sifat koligatif larutan, yaitu kenaikan titik didih dan penurunan titik beku yang lebih besar dari pada larutan non elektrolit pada konsentarsi yang sama. Selain itu, suatu zat elektrolit akan mengalami disosiasi (penguraian) menjadi ion-ion (anion kation) dalam larutan. Garam dapur (NaCl) merupakan zat elektrolit, dan di dalam larutan NaCl akan mengalami ionisasi menjadi Na+ dan Cl-. Sedangkan urea CO(NH2)2 merupakan zat non elektrolit yang dalam larutannya terdiri dari molekul-molekul urea dengan konsentrasi tetap. Oleh karena larutan elektrolit mengalami ionisasai, sehingga memiliki jumlah partikel yang lebih banyak dari pada larutan non elektrolit, maka sifat koligatif NaCl berbeda dengan sifat koligatif CO(NH2)2. hal tersebut menandakan bahwa semakin besar kemolalan suatu larutan maka semakin rendah titik beku larutannya dan semakin besar penurunan titik bekunya. Diketahui juga bahwa air memiliki titik beku terbesar dari semua larutan. Ini dikarenakan sebagian partikel air dan sebagian partikel – partikel terlarut membentuk ikatan baru. Penambahan zat terlarut dalam pelarut akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi yang mengakibatkan semakin rendah titik bekunya
2.      JAWABAN
1. Pengaruh kemolalan urea dan garam terhadap :
a.       Titik beku larutan urea dan garam.
Semakin tinggi kemolalan urea, semakin rendah titik bekunya. Semakin tinggi kemolalan NaCl, semakin rendah titik bekunya karena larutan NaCl merupakan larutan elektrolit sehingga terurai atas ion – ion.
b.      Penurunan titik beku larutan urea dan garam.
Semakin tinggi kemolalan larutan urea maka semakin besar perbedaan penurunan titik beku karena kemolalan sebanding dengan penurunan titik beku. Semakin tinggi kemolalan NaCl, semakin besar penurunan titik beku karena selain dipengaruhi kemolalan, penurunan titik beku juga dipengaruhi oleh jenis larutannya yakni apakah elektrolit atau non elektrolit.
2. Titik beku larutan NaCl lebih rendah dari larutan urea. Begitu juga dengan penurunan titik beku larutan, penurunan titik beku larutan NaCl lebih besar daripada penurunan titik beku larutan urea, karena NaCl merupakan larutan elektrolit yang mempunyai energy ionisasi (derajat ionisasi) yang menyebabkan nilai penurunan titik beku larutan semakin besar jika dibandingkan dengan larutan urea yang merupakan larutan non elektrolit yang tidak meng-ion sehingga tidak memiliki derajat ionisasi. Hal ini sesuai dengan hukum Van’t Hoff.
3. Penambahan garam dalam es batu akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi yang mengakibatkan semakin rendah titik bekunya.
4. ΔTf urea =M x Kf
=1M x 1,860 C/m
=1,860C
                                    Tf       = -1,860C
ΔTf urea =M x Kf
=2M x 1,860 C/m
=3,72 0C
                                    Tf       = -3,72 0C
ΔTf NaCl =Mx Kf x i
=1M x 1,860 C/m x 2
=3,720C
                                    Tf       = -3,72 0C
ΔTf NaCl =M x Kf x i
=2M x 1,860 C/m x 2
=7,44 0C
Tf       = -3,72 0C
5. Perbandingan antara titik beku NaCl dan CO(NH2)2  menurut percobaan dan perhitungan ada yang hampir sesuai, dan ada pula yang Kurang sesuai.berikut perbandingannya :
Zat Terlarut
Tf perhitungan
Tf percobaan
Keterangan
CO(NH2)2  1M
-1,86°C
-1 °C
Hampir sesuai
CO(NH2)2 2M
-3,72°C
- 1°C
Kurang sesuai
NaCl 1M
-3,72°C
-3 °C
Hampir sesuai
NaCl 2M
-7,44°C
- 3°C
Kurang sesuai

      Kekurang sesuaian titik beku larutan CO(NH2)2 2M dan NaCl 2M menurut   percobaan dan perhitungan di sebabkan oleh : kurangnya waktu, dan kurangnya penambahan garam. pada es batu. Sehingga percobaan kurang maksimal.

VIII.       KESIMPULAN
1.Makin besar molalitas larutan, makin tinggi penurunan titik beku larutan
2. Penurunan titik beku larutan (Tf) berbanding lurus dengan molalitas larutan
3.Titik beku pelarut murni lebih tinggi daripada titik beku larutan
4.Titik beku larutan elektrolit lebih rendah daripada larutan non elektrolit pada kemolalan yang sama
5.Semakin kecil konsentrasi larutan, jarak antarion semakin besar dan ion – ion semakin bebas
6.Untuk konsentrasi yang sama, larutan elektrolit mengandung jumlah partikel lebih banyak daripada larutan non elektrolit
7.Larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif lebih besar daripada sifat koligatif non elektrolit
8.Semakin tinggi kemolalan maka semakin rendah titik bekunya
9.Semakin tinggi kemolalan maka semakin besar perbedaan penurunan titik beku.